- Gula / Glukosa darah
Istilah gula darah secara bebas digunakan untuk glukosa dan gula-gula lainnya serta kadang-kadang zat-zat pereduksi lain yang mungkin terdapat di dalam darah (Baron D. N., 1995). Gula darah berasal dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Setelah makanan masuk, terjadilah proses kompleks untuk memecah karbohidrat menjadi glukosa dan lemak. Glukosa semacam gula sederhana berisi atom C terdapat dalam makanan sebagai sakarosa, laktosa, maltosa, dan menjadi penyusun utama sebagai polisakarida majemuk yang dikenal dengan nama zat pati atau amilum dalam makanan. Sebagian besar glukosa akan dikirim ke seluruh sel-sel tubuh melalui darah, dan sisanya akan disimpan sebagai cadangan energi tubuh di dalam sel otot dalam bentuk glikogen (Sustrani, L. dkk, 2006).
Glukosa merupakan bahan bakar untuk kebanyakan fungsi sel dan jaringan, oleh karena itu proses menyediakan glukosa menjadi prioritas utama dari homeostatis. Banyak sel dapat memperoleh sebagian kecil kebutuhan energi oleh pembakaran asam lemak, tetapi jalur energi itu kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran glukosa, lagi pula proses itu menyusun asam-asam lemak yang dapat merugikan tubuh bila sampai terjadi penimbunan. Banyak macam hormon ikut serta dalam regulasi kadar glukosa dalam darah, baik pada keadaan mantap, maupun sebagai respon terhadap rangsangan (Anies, 2006).
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam mkanan dan di simpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi 3 macam hormone yang di hasilkan oleh kelenjar pancreas, hormone-hormon itu adalah : glukagon, somatostatin.
Insulin di hasilkan oleh sel-sel ß, mendominasi gambaran metabolik, hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukkan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel, merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong prubahan glukosa menjadi asam-asam lemak trigliserida, dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa .
Glukagon di hasilkan oleh sel-sel a, meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati, ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin. Hormon ini juga menghambat hormon pertumbuhan dan hormon-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal (Rina, 2008).
Dalam kondisi normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa berkisar anatara 80-120 mg/dl, sedangkan satu jam setelah makan dapat mencapai 170 mg/dl, dan dua jam setelah makan akan turun sampai 140 mg/dl. Pengaturan kadar gula darah tersebut merupakan fungsi utama hormon insulin. Jika kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari normal, disebut hiperglikemia, tetapi jika lebih rendah dari nilai normal disebut hipoglikemia (Anies, 2006).
Tabel 1. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa darah
Hormon | Asal Jaringan | Efek Metabolik | Efek pada Glukosa Darah |
Insulin Somatostatin Glukagon Epinefrin Kortisol ACTH Hormon pertumbuhan Tiroksin | Sel β Pankreas Sel D Pankreas Sel α Pankreas Medula Adrenal Korteks Adrenal Hipofisis Anterior Hipofisis Anterior Tiroid | 1.Meningkatkan masuknya glukosa kedalam sel. 2.Meningkatkan sintesis protein dan asam lemak. 3.Menekan penguraian protein menjadi asam lemak. 1.Menekan pengeluaran glukagon dari sel. 2.Menekan pengeluaran Insulin, hormon-hormon hipofisis, gastrin, sekretin. 1.Meningkatkan pembebasan glukosa dari glikogen. 2.Meningkatkan sintesis glukosa dari asam lemak. 1.Meningkatkan pembebasan glukosa dari glikogen. 2.Meningkatkan pembebasan asam lemak dari jaringn lemak. 1.Meningkatkan sintesi glukosa dari asam lemak. 2.Mengantagonis kerja insulin. 1.Meningkatkan pengeluaran kortisol 2.Meningkatkan pembebasan asam lemak dari jaringan lemak. 1.Mengantagonis kerja insulin 1.Meningkatkan pembebasan glukosa dari glikogen. 2.Meningkatkan penyerapan gula dari usus | Menurunkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan |
2. Pemeriksaan laboratorium
2..1 Spesimen
Jenis spesimen yang digunakan adalah darah dan urin. Walaupun di masyarakat awam dikenal sebagai penyakit kencing manis, namun cara untuk memastikan diagnosis tidak dapat hanya didasarkan atas pemeriksaan urin saja, tapi yang lebih penting adalah didasarkan atas pemeriksaan glukosa darah. Batas ambang ginjal untuk glukosa bervariasi antar individu dan besarnya sekitar 180 mg/dl. Pada usia lanjut nilai ini umumnya lebih tinggi. Dengan demikian bila peningkatan kadar glukosa darah belum melampaui batas nilai ambang ginjal, maka hasil pada pemeriksaan glukosa urin akan negatif. Bila kadar glukosa darah melampaui 180 mg/dl, glukosa baru dapat dideteksi dalam urin . Darah vena adalah jenis spesimen pilihan yang dianjurkan untuk pemeriksaan glukosa darah walaupun demikian pada bayi dan pada keadaan sukar mendapatkan darah vena maka darah kapiler dapat digunakan.
3 Jenis pemeriksaan dan metode
3.1 Jenis pemeriksaan glukosa darah
Ada lima jenis pemeriksaan glukosa darah yaitu :
a. Glukosa darah puasa
Pada pemeriksaan ini pasien harus puasa 10 – 14 jam sebelum pemeriksaan. Spesimen darah dapat berupa serum / plasma vena atau darah kapiler. Pemeriksaan glukosa darah puasa dengan spesimen plasma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring, memastikan diagnosa dan memantau pengendalian, sedangkan spesimen yang berasal dari darah kapiler hanya untuk pemeriksaan penyaring dan memantau pengendalian saja (Ihwal, 2010)
b. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien tanpa perlu memperhatikan waktu terakhir pasien makan. Spesimen darah dapat berupa serum / plasma atau darah kapiler.
c. Glukosa darah 2 jam PP
Pemeriksaan ini sukar distandarisasi, karena makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien dalam waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi. Selama menunggu pasien perlu duduk istirahat tenang dan tidak boleh melakukan kegiatan jasmani berat serta tidak merokok. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau pengendalian DM (Ihwal, 2010).
d. Glukosa jam ke- 2 TTGO
Test Toleransi Glukosa Oral tidak diperlukan bagi pasien yang menunjukkan gejala klinis khas DM dengan kadar glukosa darah puasa atau sewaktu yang tinggi melampaui nilai batas sehingga sudah memenuhi kriteria diagnosi DM.
e. Glukosa kurva harian
Pemeriksaan ini dilakukan pada pemantauan pengendalian DM yang berkaitan dengan obat – obatan antidiabetika yang diberikan. Biasanya dilakukan pemeriksaan 3 – 4 kali dalam sehari yaitu sebelum makan misalnya pada keadaan puasa, sebelum makan siang, makan sore, dan makan malam (Barner, 1997)
3.2 Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan glukosa darah dapat dikelompokkan dalam 2 grup yaitu metode kimia dan metode enzimatik.
a. Metode kimia
Metode kimia yang masih dipakai adalah metode Orthotoluidine, karena murah, cara kerja sederhana dan bahan mudah didapat.
Prinsip pemeriksaan :
Proses kondensasi glukosa dengan akromatik amin dan asam asetat glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur secara fotometri (Dods, R, 2010)
b. Metode enzymatik
Metode enzymatik pada pemeriksaan glukosa darah memberikan hasil spefisitas yang tinggi, karena hanya glukosa yang terukur. Cara ini yang dipakai dalam menentukan nilai batas. Ada 2 macam metode enzymatik yaitu metode glukosa oxidase dan metode hexokinase.
1. Metode glukosa oxidase
Prinsip pemeriksaan :
Enzim glukosa oxidase mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonolakton dan hidrogen peroksida
![](file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif)
Penambahan enzim peroksidase dan aseptor O2 kromogenik seperti O-dianisidine.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif)
(Tidak berwarna) (Berwarna)
2. Metode hexokinase
Prinsip pemeriksaan :
Hexokinase akan mengkatalisis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa 6 fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6 fosfat dehidrogenase akan mengkatalisis oksidasi glukosa 6 fosfat dengan Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate (NADP)
Pustaka ;
Dods R.F, 1996, Dibetes militus, in Clinical Chemistry; theory, analysis, correlation, Jakarta
Baron D. N., 1995. Patologi Klinik. Alih bahasa Petrus Andrianto dan Johannes Gunawan. EGC, Jakarta
Sustrani, L. dkk, 2006. Diabetes. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Anies, 2006, analisis kadar glukosa dalam darah, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda untuk perubahan yang lebih baik,terimakasih telah berkunjung